Pengabdian Guru, Telusuri 80 Kilometer Sehari

Rumilah bersama Suami

 TAK salah jika kaum perempuan memberontak untuk menuntut kesetaraan gender. Apapun pekerjaan yang dilaksanakan kaum pria, ternyata juga bisa dikerjakan perempuan. 

Bukti etos kerja yang tinggi tanpa kenal lelah itu juga yang tampak terlihat di diri Siti Rumilah. Sejak tahun 1993—awal menjadi tenaga pendidik— Rumilah sudah dihadapkan dengan tugas dengan medan yang berat.

Menjadi tenaga pengajar di SDN 6 Samuda Besar, Kecamatan Mentaya Hilir, perempuan kelahiran Nganjuk harus pulang pergi dari Sampit menuju Samuda setiap hari. Jika jarak tempuh dari Sampit menuju Samuda sekitar 40, maka setiap hari Rumidah menghabiskan 80 kilometer perjalanannya untuk menularkan ilmu yang dimilikinya. 

Dengan sepeda motor tua dan jalan yang belum sebaik sekarang, Rumilah tetap menjalani keseharian itu. Satu tekad yang membuatnya teguh adalah pengabdian untuk meningkatkan pendidikan. 

Ditugaskan di luar perkotaan dengan gaji saat itu Rp 88 ribu, Ruminah tetap punya satu misi kemampuan anak didiknya harus setara dengan sekolah di perkotaan. 

 Diceritakannya banyak pengalaman yang sampai sekarang masih membekas diawal meniti karir sebagai tenaga pendidik. Saat hari hujan terpaksa harus berjalan kaki menuju sekolah dan menitipkan sepeda motornya di rumah warga. 

 “Pernah saat itu musim musim penghujan dan jalan menuju sekolah becek dan tidak bisa dilewati sepeda motor, padahal untuk menuju sekolah masih 4 Km. Kalau tidak jalan kaki saya numpang kelotok,” tutur Rumilah ketika memulai perbincangannya dengan Radar Sampit kemarin (21/4). 

Selain merasakan susahnya menjadi guru diluar perkotaan, Rumilah juga pernah mengalami hal yang dianggap sebagai suatu pengalaman luar biasa terutama pada saat akan mengajar. Dalam perjalanan sepeda motornya gembos (ban boncor) dan sempat kebingungan mencari bengkel tambal ban dalam.

“Waktu itu, tidak ada bengkel beruntung warga setempat mau membantu untuk menambalkan ban sepeda motor saya yang gembos,” kenangnya. 

Yang menjadi pengalaman pahit bagi sosok kartini ini, Rumilah terpaksa jauh dari keluarga. Namun, berkat tekad yang kuat dan motivasi dari suami tercinta apapun hambatan dan rintangannya tetap dilewati dengan sepenuh hati.

“Waktu itu saya sempat mau berhenti jadi guru karena jarak tempuh cukup jauh apalagi seorang diri, wanita lagi. Beruntung selama itu tidak terjadi apa-apa. Alhamdulillah. Disamping itu, atas dorongan dan semangat dari suami sehingga sampai sekarang tetap bertahan,” ucapnya. 

Sebenarnya banyak prestasi yang diraih selama dirinya waktu menjabat sebagai guru kelas di SDN 6 Samuda Besar. Namun, pengabdiannya sebagai tenaga pendidik berhenti ditahun 1998 dan dirinya pun dimutasi ke perkotaan tepatnya di SDN 4 Mentawa Baru Hulu. 

“Tahun 1998 saya dipindahkan ke SDN 4 MB Hulu, statusnya waktu itu masih guru kelas dan waktu itu saya masih berstatuskan CPNS,” ungkap istri Agus Santoso ini. 

Di SDN 4 MB Hulu, Rumilah tetap menjadi guru kelas dan ditahun yang sama karier atau jabatannya naik tepatnya 25 Juni 2008 dipercaya untuk menjadi kepala aekolah. 

“Setelah beberapa bulan menjadi guru kemudian saya diamanatkan uuk memimpin SDN 4 MB Hulu hingga sekarang,” ujar ibu 2 anak ini yakni Vertika Sari Puspita H (17) dan Handy Kharisma DH (12) ini. 

Di bawah kepemimpinannya, mulai tahun 2010 segudang prestasi yang diraih misalnya, juara I lomba perpustakaan tingkat Provinsi dan mewakili Kalteng ketingkat Nasional, juara I lomba UKS tingkat Provisi hingga Nasional. 

 Bahkan, dirinya juga pernah mengikuti lomba guru berprestasi tingkat Kabupaten dan merebut juara II, dan tahun 2007 sudah mengikuti sertifikasi guru. 

“Sebenarnya banyak prestasi yang diraih namun tidak bisa disebutkan satu persatu,” kata ibu kelahiran Ngajuk ini. 

Berkaitan dengan hari RA Kartini ke 133 tahun, dirinya sangat menghargai perjuangan yang telah dilakukan oleh wanita asal Jepara itu yakni mampu mengangkat harkat dan martabat wanita hingga mampu sejajar dengan pria atau kesetaraan gender. 

“Dengan memperingati Hari RA Kartini Ke 133 tahun ini mari kita mengingat perjuangan beliau, semangat beliau karena telah memperjuangkan kaum perempuan hingga sejajar dengan kaum pria,” ajaknya. 

Dia menambahkan, meskipun secara kodrat bahwa perempuan sangat berbeda jauh dengan pria namun dalam hak untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan jabatan tidak kalah dari laki-laki. 

“Sebuah bangsa akan maju tergantung dari kualitas perempuan, dan dibalik kesuksesan keluarga adanya perempuan yang kuat dan tabah memikul berat sebagai seorang istri, sebagai ibu, sebagai karyawati dan sebagai anggota masyarakat yang baik dan memiliki kepribadian,” pesan Rumilah. (fin)

Komentar

  1. http://www.geraiobatnusantara.com/vimax-izon-asli-obat-pembesar-penis/
    http://www.geraiobatnusantara.com/viagra-usa-100mg-obat-kuat-tahan-lama/
    http://www.geraiobatnusantara.com/boneka-full-body-silikon-getar/
    http://www.geraiobatnusantara.com/pro-extender-alat-pembesar-penis/
    http://www.geraiobatnusantara.com/vigrx-plus-obat-pembesar-penis/
    http://www.geraiobatnusantara.com/klg-pill-obat-pembesar-penis/
    http://www.geraiobatnusantara.com/vakum-pembesar-penis/
    http://www.geraiobatnusantara.com/selaput-dara-buatan/

    BalasHapus
  2. terharu melihat ibu ruminah, ini bisa buat contoh untuk generasi muda, makasih ya gan, udah bisa membuat aku agak menangis.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat TK Negeri Pembina Sampit

Ahli mesin kerjanya cuma tukang sapu stadion

Wow.. seru, anak TK Cita Bunda dikenalkan proses mencetak koran