Ahli mesin kerjanya cuma tukang sapu stadion
SAMPIT – Meskipun memiliki keahlian mekanik bukan berarti harus kerja sebagai bongkar pasang mesin. Bisa juga sebagai tukang sapu halaman stadion 29 Nevember.
Itulah yang diadalami Suwardi, pria berusia 52 tahun ini sejak tahun 1996 sudah ubah profesi yang dulunya sebagai mekanik dan sopir truk kini dirinya hanya sebagai tukang sapu.
Pria yang dikarunia 4 anak ini menuturkan, kerja sebagai tukang sapu ini ditekuninya sejak tahun 1996 mulai gaji Rp125 ribu perbulan hingga sekarang sesuai dengan Upah Maksimum Kabupaten (UMK) 2010. Mengenai tamatan, pria ini Sekolah Teknik Mesin (STM) Tulung Agung jurusan Mesin Diesel.
Dia bekerja tidak kenal lelah meskipun usianya semakin tua demi menghidupi istri dan 4 anak tercinta. Tiap pukul 05.30 dini hari sudah berada dilokasi untuk membersihkan halaman dan jalanan yang terdapat sampah berserakan. Kadang-kadang keringatnya membasahi tubuh namun itu tidak pernah dihiraukannya.
Jarak menuju lokasi lumayan jauh sekitar 2,5 kilometer dan itupun tidak menghalangi niat ikhlasnya untuk membersihkan halaman dan jalan karena sudah menjadi tugas rutinnya tiap hari.
Walaupun hujan, semangat tetap tak kendor bahkan kadang-kadang didalam hatinya terbesit niat untuk merubah nasib bekerja sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. “Saya pernah ajukan lamaran kerja tapi hingga sekarang belum ada jawaban. Lamaran itu diajukan sejak tahun 2003 lampau,” jelas Suwardi dan matanyapun mulai berkaca-kaca.
Karena tidak ada jawaban, Suwardi akhirnya pasrah menerima kenyataan itu. Dia harus rela mungkin sepanjang hayatnya sebagai tukang sapu stadion 29 November. “Usai saya sudah tua, kalau disuruh menyetir truk itupun tidak mungkin karena mata ini sudah mulai rabun,” paparnya.
Pria yang disapa Wardi ini, mulai mengeluh lantaran Surat Izin Mengendara (SIM) B2 Umum harus mati tanpa dimanfaatkan dengan baik padahal untuk mendapatkan SIM tersebut butuh uang lumayan gede. “Saya punya SIM B2 Umum, tapi sekarang tidak terpakai karena saya tidak kerja sebagai sopir lagi,” aku pria berkumis ini.
Walaupun demikian, Wardi tetap bersyukur dengan pekerjaan yang sekarang karena menurutnya, ini pekerjaan mulia apalagi dirinya sudah tua sehingga tidak perlu lagi kerja berat. “Alhamdullih Mas, meskipun saya kerja seperti ini tapi tetap saya syukuri karena untuk kerja berat tidak memungkin lagi apalagi untuk menyopir truk alasannya mata sudah rabun,” tutupnya. (arifin)
Pak tua sudahlah, engkau sudah terlihat lelah, oya... dimana anak2 nya?
BalasHapus