Terlantar selama 4 tahun

Gudang pengeringan rotan sempat terlantar

SAMPIT – Gudang tempat pengeringan rotan di Desa Cempaga Hilir Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Km 32 sempat terlantar selama 4 tahun dimulai 2006-2009. Selama itu juga gudang tidak terawat karena belum bisa dioperasionalkan secara maksimal meskipun sudah dapat bantuan Departemen Perindustrian TA 2006 berupa mesin sebanyak 10 unit.
Gudang yang luasnya sekitar 20x40 meter dan luas tanah sekitar satu hektar itu sejak lama berdiri belum sama sekali bisa dijalankan hingga sekarang, walaupun mesin split atau pembelah rotan Uk 6’ berukuran besar ini sudah tersedia.
Kendala mendasar pada mesin ada pada pasokan listrik dan ironisnya hingga sekarangpun belum bisa dialiri listrik berkapasitas besar atau sekitar 10 Khz karena saat ini Kotim memang kekurang defisit daya.
Perwakilan asal Surabaya Pariaji yang ditugaskan untuk merawat mesin dan penjaga gudang mengatakan, semenjak tiba dilokasi rumah inap maupun gudang dalam keadaan kotor dan berdebu tebal. “Saya baru sekitar 3 bulan disini mas, rumah tempat saya tinggal itu debunya tebal dan bahkan sempat dibuat sarang burung dan gudang penyimpanan rotanpun sama. Kotor dan berdebu,” ungkapnya ketika dikonfirmasi dilokasi kemarin (25.4).
Pria berkumis ini menjelaskan, ada 3 kendala hingga sekarang belum dioperasionalkan misalnya, tidak adanya pasokan listrik berkapasitas besar, permodalan dan bahkan gudang ukuran terlalu minim. “Mengenai gudang ukurannya tidak sesuai dengan kebutuhan dan perlu ada penambahan gudang lagi karena tanah milik pemerintah ini luasnya sekitar satu hektar. Jadi bisa saja dibuat gudang baru tempat penyimpanan rotan yang sudah kering,” ujar Pariaji yang mengaku diutus oleh PT Kreasi Mahatindus Surabaya yang pabriknya berdiri di Mojokerto itu.
Mengapa perlu ada penambahan gudang baru, lanjutnya, karena sekarang ini investor sudah mulai melirik dengan adanya pengiriman rotan keluar negeri. “Sepengetahuan saya sudah ada kerjasama antara RRC dengan Taiwan melalui investor asal Surabaya,” sebut Pariaji.
Sementara itu, Ketua LSM Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Kabupaten Kotim Audy Valent mengucapkan terimakasih kepada para investor yang mau melirik perindustrian di Kabupaten Kotim terutama pada industri rotan. “Saya harapkan kepada dinas terkait agar memberikan kemudahan bagi investor terutama pada perizinan dan jangan sampai dipersulit,” tegasnya.
Ini bertujuan, untuk menghindari pungutan-pungutan yang tidak jelas dikarenakan pembuatan izin dipersulit. “Ini kesempatan besar bagi Kabupaten Kotim karena investor luar negeri mau diajak kerjasama terutama negara RRC dan Taiwan. Dan tidak secara langsung akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat yang ada didaerah tersebut,” paparnya.
Namun sangat disayangkan, perwakilan asal Surabaya, Pariaji, hanya mendapatkan gaji dari perusahaan yang mengutusnya akan tetapi gaji dari pemerintah daerah tidak secuilpun diterima sejak dirinya ditugaskan untuk merawat mesin dan gudang hingga sekarang. “Listrik saja minta aliran dari tetangga dan bahkan bayar perbulan mencapai Rp150 ribu,” pungkasnya. (arifin)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat TK Negeri Pembina Sampit

Ahli mesin kerjanya cuma tukang sapu stadion

Wow.. seru, anak TK Cita Bunda dikenalkan proses mencetak koran