Postingan

Nelly Suriani Purba

Gambar
Cerita Nelly Suriani Purba, Guru Bahasa Indonesia di Desa Terpencil Sulit beradaptasi karena Mayoritas Anak Menggunakan Bahasa Ibu Menjadi tenaga pendidik terutama di desa terpencil tidaklah gampang. Banyak rintangan yang dihadapi. Salah satunya sulit berkomunikasi karena mayoritas siswa menggunakan bahasa ibu dan bahasa Indonesia masih dianggap bahasa asing bagi mereka. ARIFIN, Sampit TAHUN 1987 merupakan awal perjalanan Nelly Suriani Purba menginjakkan kakinya di Desa Buntut Bali, Kabupaten Katingan (dulu masih masuk Kabupaten Kotawaringin Timur). Dia ditugaskan sebagai guru bahasa Indonesia di SMPN 1 Pulau Malan. Dari situlah awalnya dia mulai memperkenalkan bahasa Indonesia kepada anak didiknya. Meskipun hanya 2 tahun bertugas di SMPN 1 Pulau Malan, Nelly memiliki pengalaman yang tidak pernah dia lupakan yakni sulitnya melakukan komunikasi kepada warga setempat terlebih-lebih dengan anak didiknya. Pasalnya, bahasa pengantar yang disampaikan pada saat berkomunikasi mengunakan bahasa

Janjikan Tambahan Ruang Kelas

Gambar
Jepretan Arifin Radar Sampit BELAJAR : Sejumlah murid SDN 3 Sawahan belajar dibawah pohon SDN 3 Sawahan Dibanjiri Pejabat SAMPIT– Kondisi memprihatinkan siswa SDN 3 Sawahan Kecamatan Mentawa Baru Ketapang yang terpaksa belajar di bawah pohon karena kekurangan ruang kelas, seakan membuat pihak terkait kebakaran jenggot. Setelah berita itu muncul di koran ini, sejumlah pihak ramai-ramai datang ke sekolah tersebut dan berjanji akan memperjuangkan penambahan ruang kelas. Pantauan Radar Sampit, Selasa (4/10) pagi, proses belajar mengajar sejumlah siswa yang terpaksa belajar di alam terbuka, tetap berjalan seperti biasa. Namun kemarin perhatian mereka sedikit terbagi karena kebanjiran tamu sejumlah pihak terkait, yakni pejabat terkait yang ingin melihat langsung kondisi proses belajar mengajar di sekolah itu. Paling awal datang ke lokasi adalah Kepala UPTD Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kecamatan MB Ketapang Syahmubin, disusul Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Kotim Heriansya

Terpaksa Belajar di Bawah Pohon

Gambar
ARIFIN/RADAR SAMPIT BELAJAR DILUAR RUANGAN : Sejumlah murid SDN 3 Sawahan belajar dialam terbuka karena tidak adanya ruang kelas yang digunakan untuk proses belajar mengajar. SAMPIT – Untuk membuktikan masih kurangnya fasilitas pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ternyata tidak perlu jauh-jauh ke pelosok. Di dalam kota Sampit, ternyata juga ada siswa Sekolah Dasar (SD) yang harus belajar dengan fasilitas yang jauh dari kata ideal. Keterbatasan ruang belajar bagi kelas I dan II SDN 3 Sawahan memaksa para murid itu harus mengikuti proses belajar mengajar di alam bebas. Memprihatinkan, karena mereka harus belajar di bawah pohon dengan hanya beralaskan terpal. Suasana belajar seperti itu tentu bukan sesuatu yang nyaman bagi para siswa setempat. Selain kurang konsentrasi karena suara guru sering kalah keras dengan suara warga atau lalu lintas di kawasan itu, perhatian para siswa juga terkadang terpecah karena banyak warga yang memperhatikan proses belajar-mengajar yang sedan

Raudhatul Atfhal Kotim belum terakreditasi

SAMPIT – Sebanyak 31 Raudhatul Atfhal (RA) yang tersebar di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) hingga saat ini belum ada satupun yang memegang lebel akreditasi. Padahal akreditasi itu penting bagi madrasyah untuk dimiliki. Akreditasi merupakan alat regulasi diri (self-regulation) agar madrasah mengenal kekuatan dan kelemahannya, kemudian melakukan upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kekuatan serta memperbaiki kelemahan yang dimilikinya. Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Kotim Akhmad Syarkawi melalui Kasi Mapenda Islam H Rusdi mengatakan, madrasyah bukannya tidak ingin mendapatkan akreditasi melainkan merasa rendah diri karena sarana dan prasarana yang dimiliki banyak kekurangannya. “Ini jawaban dari pihak madrasyah bahwa mereka tidak pantas untuk mengikuti penilaian akreditasi karena madrasyah yang dikelola yayasan masih jauh dari standar pelayanan,” ungkapnya melalui sambungan telepon, kemarin (19/9). Semestinya, lanjut Rusdi, pihak madrasyah jangan mer

Peseeta Prakerin SMK PGRI Sampit Diberikan Pembekalan

Gambar
MENCATAT MATERI  : S iswa Prakerin SMK PGRI Sampit sedang menyimak dan mencatat materi yang disampaikan oleh pamateri pada saat pembekalan.  Pembekalan siswa prakerin sebelum memasuki dunia kerja patuhi semua aturan, input data yang akurat Untuk mengembangkan sikap berkompetensi yang profesional sebelum diterjunkan kelapangan guna mengikuti praktik kerja industri (Prakerin), sebanyak 143 siswa SMK PGRI Sampit kelas XI jurusan Akuntansi dan Penjualan diberikan pembekalan yang dipusatkan diruangan sekolah.    ARIFIN , Sampit Pembekalan prakerin itu disampaikan beberapa narasumber dari Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) diantaranya, Koperasi Unit Desa (KUD) Kecamatan Baamang, Rezeki Swalayan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotim dan Mars Komputer. Sekitar 35 DU/DI baik dari instansi pemerintahan negeri dan swasta yang bersedia menerima para siswa prakerin ini yang dimulai 1 Oktober hingga 1

20 Persen Pegawai Disdikpora Absen

Gambar
Jepretan Arifin/Radar Sampit PULANG SEKOLAH : Pelajar SD dan SMP ketika pulang sekolah Di Hari Pertama Masuk Kerja SAMPIT–Hari pertama masuk kerja masih ada saja para pegawai negeri sipil (PNS) yang tidak masuk kerja. Salah satunya ada di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kotim. Di dinas yang dipimpin Agus Suryo Wahyudi ini sekitar 20 persen pegawainya absen alias tidak masuk kerja. Banyaknya PNS yang absen terungkap saat bupati Kotim H Supian Hadi melakukan inspeksi mendadak (sidak), kemarin pagi (5/9). Sidak dilakukan sekitar pukul 09.30 Wib. Kehadiran bupati mengejutkan para PNS di Disdikpora. Saat tiba, bupati langsung menemui kepala Disdikpora. “Mana absensi pegawai, berapa persen yang hadir dan berapa persen yang tidak hadir,” tanya Supian kepada kepala Disdikpora Kotim. Dijawab Agus,”Yang hadir sekitar 80 persen dan tidak hadir 20 persen.” Setelah mendapatkan keterangan singkat dari Kadis Dikpora Kotim, kemudian Bupati termuda di Kalteng ini meningg

Disdikpora kirim 12 guru TK mengikuti PLPG

SAMPIT – Sebanyak 12 guru Taman Kanak-kanak (TK) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tahap IV ini mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2011 di Palangka Raya guna mendapatkan sertifakat pendidik. Pelatihan itu dimulai 10-19 September sedangkan pendaftaran dibuka 8-9 September ini dengan cara mendaftarkan diri langsung ke panitia kegiatan PLPG Rayon 18 Universitas Palangka Raya (Unpar). Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Kotim Agus Suryo Wahyudi mengatakan, dua belas gutu TK itu yang mengikuti PLPG sudah lulus seleksi melalui Sistem Informasi Manajemen Nomor Unik Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (Sim NUPTK). “Seleksinya melalui online,” ungkapnya kepada Radar Sampit diruang kerjanya kemarin (6/9). Bagi peserta selama mengikuti PLPG di Palangka Raya, lanjut Agus Suryo, mengenai akomudasi maupun konsumsi akan ditanggung sepenuhnya oleh panitia kegiatan sedangkan transportasi ditanggung peserta. “Yang tidak ditanggung panitia hanya transportasi,”