Kunjungan perdana murid SDN 1 Tehang ke Radar Sampit


Tahun ini, murid SDN 1 Tehang Kecamatan Parenggean Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memilih kantor surat kabar harian Radar Sampit sebagai study wisata.
Apa saja yang mereka dapatkan selama melakukan kunjungan tersebut?

ARIFIN, Sampit

Kantor Radar Sampit yang terletak di Jalan MT Haryono No. 88 Sampit pagi itu terlihat ramai dengan adanya beberapa murid yang menggenakan seragam olahraga bertuliskan dibelakang baju SDN 1 Telawang. Ternyata, mereka sedang melakukan study wisata. Para murid yang berjumlah sekitar 60 orang itu ditemani 7 guru yang bertugas sebagai pendamping selama mengadakan study wisata di Kota Sampit.
Para murid itu ketika dipersilahkan masuk kedalam ruangan redaksi terlihat begitu terheran-heran pasalnya, mereka baru pertamakali melihat ruangan tempat bekerjanya para wartawan dan redaktur sebelum berita yang dibuat itu diterbitkan. Bahkan, moment yang baik itupun dimanfaatkan sebagian murid untuk berfoto dan tidak ketinggalan para guru pendamping mereka.
Dipandu Koordinator Liputan (koorlip) Tono Triyanto, secara bergantian para murid itu dijelaskan terutama tentang media grup dibawah naungan Jawa Pos Grup. “Kalau Radar Sampit ini adalah grupnya jawa pos yang berpusat di Surabaya,” ungkapnya dihadapan murid 3, 4, 5 dan 6 ketika berada diruang keredaksian kemarin (26/5).
Ada sekitar 180 media grup yang dibangun oleh Jawa Pos Grup di Indonesia misalnya yang ada dideerah Kalimantan seperti, Kalteng Pos, Radar Sampit, Radar Banjar, Kaltim Pos dan Radar Tarakan. “Itu semua merupakan grupnya Jawa Pos. Bahkan, masih banyak lagi yang tersebar hampir seluruh Indonesia ini misalnya Radar Bali dan Jogya bahkan ada juga Radar Timika,” tambah Tono.
Selain memaparkan tentang grup medianya Jawa Pos, Tono juga menjelaskan tentang tugasnya redaktur. Dia mengungkapkan, tugas utama redaktur adalah mengedit berita setelah berita dibuat oleh wartawan. “Tugasnya para wartawan dilapangan mencari berita kemudian diketik. Nah, setelah diketik kemudian redaktur melakukan pengeditan ulang. Diedit ulang itu untuk memastikan apakah penulisan itu sudah benar atau sebaliknya. Itulah tugasnya redaktur,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, redaktur juga punya wewenang untuk tidak mempublikasikan berita yang sudah dibuat oleh wartawan dengan cara dilihat dari kualitas berita yang akan dimuat. “Kita lihat dulu apakah berita itu layak atau tidak. Apabila layak maka akan diterbitkan dan apabila tidak layak maka akan dipending (ditahan) dulu,” katanya.
Setelah puas dijelaskan tentang media grup dan proses editing serta bagaimana cara penarikan berita melalui internet. Para murid itupun kembali diajak untuk melihat mesin cetak buatan Australia yang letaknya tidak jauh dari kantor Radar Sampit.
Sesampai didalam gedung graha biru, para murid bersama guru pendamping kembali menerima penjelasan. Karena posisi mereka berada di dalam gedung mesin cetak, penjelasannyapun seputar sistem kerjanya mesin cetak warna biru yang panjangnya sekitar 20 meter itu.
Puas dengan penjelasan singkat tentang bagaimana mesin cetak bekerja hingga menghasilkan koran, kemudian murid-murid itu dipersilahkan untuk melihat lebih dekat. Saking antusiasnya, mereka sampai rebutan untuk menyentuh mesin cetak yang tiap harinya mampu mencetak sekitar 5000 eksemplar bahkan lebih tersebut.
Salah aatu guru pendamping, Maghfiroh mengungkapkan, tujuan mereka untuk mengunjungi surat kabar harian Radar Sampit itu atas dasar program yang telah dibuat oleh pihak sekolah melalui program study wisata yakni mengenalkan tentang media cetak nomor 1 di Kabupaten Kotim ini. “Selain mengunjungi kantor Radar Sampit kami juga melakukan kunjungan ke PDAM dan objek wisata lainnya yang ada di Kota Sampit,” ujarnya.
Kunjungan kekantor Radar Sampit itu, lanjutnya, bukan hanya sekadar kunjungan biasa melainkan untuk merangsang anak usia dini tentang minat baca salah satunya melalui surat kabar. “Ditempat kami (Tehang-Red) minat baca anak minim. Nah, dengan adanya kunjungan ke media cetak ini diharapkan mampu merangsang anak untuk menumbuhkan minat membaca,” kata ibu berkerudung ini ketika berada diruang redaksi.
Selain mengenalkan tentang media cetak terutama surat kabar harian Radar Sampit, para murid itu setelah melakukan kunjungannya akan diminta untuk menceritakan kembali apa yang mereka dengar dan didapat selama study wisata melalui bentuk tulisan ringan. “Tulisannya akan diberi nilai untuk menghargai hasil mereka yang didapat selama melakukan study wisata. Kedepan, agenda berkunjungan ke Radar Sampit ini akan dijadikan agenda rutin tiap tahun,” tutupnya. (****)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat TK Negeri Pembina Sampit

Ahli mesin kerjanya cuma tukang sapu stadion

Wow.. seru, anak TK Cita Bunda dikenalkan proses mencetak koran