Menengok SDN 1 Hanjalipan yang memprihatinkan


Plafon banyak yang rusak, 1 kelas tanpa dinding

Sejak berdiri sekitar tahun 80-an SDN 1 Hanjalipan Desa Hanjalipan Kecamatan Kota Besi Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sepertinya sekolah ini tidak tersentuh rehabilitas dan kurang diperhatikan. HIngga kondisi fisiknya kini cukup memprihatinkan.
Apa saja yang memprihatinkan itu?
Berikut ulasan singkat wartawan Radar Sampit ketika bertandang ke Desa Hanjalipan. Selasa (12/7) tadi.

ARIFIN, Hanjalipan

Untuk menuju kelokasi sekolah harus melewati jembatan panjangnya sekitar 200 meter. Jembatan itu dibangun untuk mengantisipasi apabila terjadi banjir mengingat desa tersebut rawan banjir sehingga wajar saja seluruh rumah warga rumahnya tinggi-tinggi.
Jembatan untuk menuju SDN 1 Hanjalipan juga memprihatinkan sehingga harus ekstra hati-hati apabila melewati jembatan tersebut. Kondisinya lumayan parah karena papan-papannya sebagian sudah ada lapuk dimakan usia bahkan sering terkena terik matahari. Sebagian papan jembatan dipasang kayu meranti dan seperempatnya kayu ulin.
Para siswa bersekolah disitu juga jalannya harus tidak berkelompok mengingat kondisi fisik papannya itu yang membuat hati menjadi was-was. Salah injak fatal akibatnya.
Setelah melewati jembatan itu dan memasuki bangunan sekolah, mata kita akan dikejutkan dengan plafon yang terbuat dari tiflek itu 90 persen rusak parah. Bahkan ada triflek yang berjuntai sehingga membuat khawatir orang yang ada dibawahnya.
Selain plafon triflek yang hampir seluruh bangunan sekolah baik diluar ruangan maupun didalam ruangan itu terlihat rusak parah. Di ujung ruangan kelas terdapat 1 ruang belajar murid tanpa dinding. Bahkan, tanpa meja kursi. Sungguh memprihatinkan.
Disamping itu, WC tempat buang air kecil maupun besar tidak berfungsi bahkan rusak secara otomatis akan menyulitkan murid untuk buang hajat. Termasuk dewan guru. alternatif lain harus turun menuju kesungai
SDN 1 Hanjalipan ini tercatat sebanyak 210 murid menggunakan 6 ruang kelas. Sedangkan 1 kelas tidak difungsikan karena dindingnya tidak adanya. Jumlah guru yang mengajar rata-rata tamatan SPG dan D-II, hanya ada 1 guru yang sudah Sarjana.
Disamping itu, Kepala Sekolah tidak memiliki ruangan khusus dan digabung dengan dewan guru sehingga apabila ingin berurusan penting tidak bisa sembunyi-sembunyi. Transparansi. Bahkan, sampah-sampah juga terlihat berserakan, hanya saja tidak terlihat dari depan melainkan berhamburan disamping sekolahan.
Kepala UPTD Kecamatan Kota Besi, Juliansyah tidak menampik dengan kondisi fisik di SDN 1 Hanjalipan yang terlihat memprihatikan itu. Dia hanya mampu mengelus dada dan berniat akan memperjuangkan agar kondisi fisik bisa diperbaiki. “Usulan sudah kami masukan pada saat musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) tahun 2010 lalu,” ungkapnya kepada Radar Sampit.
Dalam usulan itu, Juliansyah meminta agar sekolah tersebut direlokasi (dipindah) alasannya rawan banjir. Dan rencananya akan direlokasikan ketempat ynag lebih tinggi guna menghindari banjir yang datangnya tidak menentu tersebut. “Mengenai tanah sudah disiapkan, tanah itu hibah dari warga setempat. Hanya saja, kendalanya belum ada sertifikatnya,” ujar Dosen STKIP Muhammadiyah Sampit ini.
Namun sangat disayangkan, usulan sejak tahun 2010 pada masa kejayaan Wahyudi K Anwar selaku Bupati Kotim yang menjabat 10 tahun bahkan telah diganti Supian Hadi bupati periode 2010-20155 hingga saat ini belum ada respon. “Yang jelas, kita harapkan agar secepatnya sekolah itu bisa direlokasi apalagi saat ini antusias masyarakat setempat untuk menyekolah anaknya cukup tinggi. Tahun ini SDN 1 Hanjalipan membuka 2 ruang kelas untuk siswa baru. Total yang akan diterima 60 orang,” tutupnya. (***)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat TK Negeri Pembina Sampit

Ahli mesin kerjanya cuma tukang sapu stadion

Wow.. seru, anak TK Cita Bunda dikenalkan proses mencetak koran