Postingan

Warga dipimpong pemkab Kotim

Sempat adu mulut dengan staf SAMPIT - Kasus penyelewengan Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2008/2009 Desa Makarti Jaya Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) diduga oknum kades, Sj, yang dilaporkan warganya terus bergulir. Meskipun mandek pelaporan ke pemerintah daerah karena dinilai lamban akhirnya pihaknya melanjutkan laporan ke mahkamah tertinggi dan pihak kepolisian. "Kami akan lanjutkan kasus ini ke kejaksaan tinggi negeri (kejari) Sampit dan Polres Kotim," ungkap Damiarto salah satu warga saat berada dikantor Pemda kemarin. Dia menjelaskan, sudah 1 bulan laporan yang diajukan ke Pemkab Kotim hingga saat ini sama sekali belum bisa ditindaklanjuti dengan alasan tertentu seperti, pihak warga harus membuat laporan ulang tentang permasalahan yang terjadi didesa sejak tahun 2008/2009. "Sudah 5 kali kami membuat surat laporan dengan membawa bukti yang kuat. Kami merasa aneh setiap kami menanyakan tindaklanjuti selalu saja ada alasan," keluh Damiart

Terlantar selama 4 tahun

Gudang pengeringan rotan sempat terlantar SAMPIT – Gudang tempat pengeringan rotan di Desa Cempaga Hilir Kecamatan Cempaga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Km 32 sempat terlantar selama 4 tahun dimulai 2006-2009. Selama itu juga gudang tidak terawat karena belum bisa dioperasionalkan secara maksimal meskipun sudah dapat bantuan Departemen Perindustrian TA 2006 berupa mesin sebanyak 10 unit. Gudang yang luasnya sekitar 20x40 meter dan luas tanah sekitar satu hektar itu sejak lama berdiri belum sama sekali bisa dijalankan hingga sekarang, walaupun mesin split atau pembelah rotan Uk 6’ berukuran besar ini sudah tersedia. Kendala mendasar pada mesin ada pada pasokan listrik dan ironisnya hingga sekarangpun belum bisa dialiri listrik berkapasitas besar atau sekitar 10 Khz karena saat ini Kotim memang kekurang defisit daya. Perwakilan asal Surabaya Pariaji yang ditugaskan untuk merawat mesin dan penjaga gudang mengatakan, semenjak tiba dilokasi rumah inap maupun gudang dalam keadaan koto

Kades markati jaya tantang pihak Pemkab Kotim

Kades diduga kuat selewengkan dana ADD 2008/2009 SAMPIT – Kepala Desa (Kades) Makarti Jaya Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Sojo, yang dilaporkan ke dinas inspektorat dan telah dinyatakan melakukan penyelewengan Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2008/2009 sebesar Rp116.169.000 hingga sekarang belum bisa dijatuhkan hukuman. Kelima tokoh masyarakat Desa Makarti Jaya mendatangi kantor Pemda berniat melanjutkan laporannya kepada pihak pemerintah kabupaten terkait kasus kades tersebut karena dinilai mandek selama 1 bulan ini. “Sebelumnya kami sudah melaporkan ke pemkab kotim akan tetapi belum ada jawaban hingga sekarang. Dan kami sekarang meminta kejelasannya lagi,” ungkap salah satu tokoh masyarakat Damiarto kepada Radar Sampit ketika berada dikantor pemda kotim kemarin. Menurutnya, pemerintah terkesan lamban menanggani kasus ini padahal sudah jelas dan nyata bahwa kades tersebut mengakui dan telah menyelewengkan ADD. “Tim inspektorat telah melakukan peninjauan la

Tarif penumpang dan pengantar naik

SAMPIT – Sejak awal Juli lalu, pihak Pelindo III Cabang Sampit menaikkan tarif masuk terminal penumpang Pelabuhan Sampit. Jika sebelumnya setiap penumpang dikenakan Rp.2.500, kini menjadi Rp 6 ribu. General Manager Pelindo III Cabang Sampit Abdul Rofid Fanany mengatakan kenaikan tarif sudah direncanakan sejak lama, namun baru bisa diwujudkan saat ini. “Keputusan itu juga telah melalui aspek kajian,” ucap Rofid. Naiknya tarif bagi penumpang pada saat masuk terminal penumpang akan diiringi dengan peningkatan pelayanan seperti, ruang tunggu ber-AC, kebersihan toilet, penyediaan musala, ruang bagi ibu yang memiliki bayi hingga bagi yang cacat. “Pelayanan ini akan dirasakan paling lambat sebelum lebaran tahun ini,” jelas Abdul yang mengaku pengemar tulisan Dirut PLN Dahlan Iskan ini. Selain tarif bagi penumpang, lanjutnya, juga ada kenaikan tarif untuk pengantar. Semula Rp1.500 menjadi Rp2.500. “Kami tidak menaikan akan tetapi menyesuaikan dengan tarif layanan,” tukas Abdul yang juga hobi

Pelni Kotim Tegaskan Tak Ada Uang Kasur

SAMPIT – Bila memiliki pengalaman menjadi penumpang kapal laut milik Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), apalagi lebaran, kapal laut penuh sesak dengan pemudik, para calo atau pihak tertentu memanfaatkan situasi biasanya muncul, termasuk transaksi sewa-menyawa kasur milik kapal itu sendiri, padahal sudah menjadi milik penumpang sendiri. Pada berapa kesempatan aksi sewa kasus ini, juga melibatkan awak kapal itu sendiri dan tidak sedikit pula yang melibatkan oknum-oknum lainya. Menanggapi hal ini, Kepala Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Cabang Sampit Hasbi Abdullah, menindak tegas kepada oknum yang menjual tempat atau kasur tidur kepada penumpang pada saat mudik lebaran karena prosedurnya tidak bayar. “Uang kasur hingga tempat lainnya pembayarannya sudah termasuk pembelian di tiket penumpang, saya tegaskan tidak ada uang kasur itu.” ucapnya kemarin . Hasbi meminta kepada penumpang apabila menemukan hal demikian agar segera melaporkan kepada petugas. “Kami harapkan agar penumpa

Tim pengawas BBM stagnan

SAMPIT – Ketua bidang pengawasan evaluasi distribusi bahan bakar minyak (BMM) Juliansyah mengakui stagnan tim pengawasan BBM kesejumlah SPBU yang dibentuk Bupati Kotim 24 Mei lalu terkendala dana operasional. Dia mengatakan, hingga kini pihaknya tidak bisa menjalankan tugas yang telah diberikan surat Keputusan (SK) oleh Bupati Kotim untuk mengawasi dan melakukan evaluasi pendistribusian BBM di Kabupaten Kotim. “Dana operasional belum ada,” katanya kepada Radar Sampit diruang kerjanya kemarin (28/7). Dana operasional yang dibutuhkan memang cukup besar sekitar Rp50 juta melalui anggaran APBD Kotim. Akan tetapi, hingga sekarang belum direalisasikan. “Kami sudah mengajukan besaran dana yang akan digunakan untuk biaya operasional tetapi belum direspon. Dan nanti akan kami ajukan langsung melalui Bupati,” ujarnya. Sebelumnya, lanjut Juliansyah, pihaknya telah mengajukan proposal dalam anggaran perubahaan karena memang tidak ada dana pihaknya akan meminta langsung kepada Bupati Kotim. “Pendan

Warga saranau keluhkan kelangkaan mitan

SAMPIT - Kelangkaan minyak tanah (mitan) bukan hanya dirasakan masyarakat di kota sampit, sejumlah warga Kecamatan Saranau mengalami hal serupa dan mengeluh sejak awal Juli lalu. Informasi yang dihimpun Radar Sampit, sekitar 7 pangkalan mitan beroperasi diwilayah Kecamatan Saranau terutama dibantaran sungai Mentaya akan tetapi warganya mengaku tidak pernah dapat jatah mitan padahal pendistribusiannya tiap minggu lancar. Dalam satu bulan pangkalan mitan tersebut masing-masing disuplay dari depot pertamina Sampit sebanyak 4 tangki atau 1 tangki 25 drum. "Sejak awal bulan Juli kami kesulitan mendapatkan mitan dipangkalan dekat rumah kami ini," ungkap salah satu warga Saranau, Anang. Menurut Anang, dengan jumlah pasokan yang cukup tentunya masyarakat sekitar pinggiran bantaran sungai mentaya kebagian mitan akan tetapi nyatanya tidak. "Dikemanakan jatah warga, padahal sebelumnya untuk warga Saranau terpenuhi," urainya. Anang justru berpikiran kearah oplosan dengan langka