Disinyalir Walet bisa tularkan penyakit

SAMPIT – Subdit ISPA Direktorat P2ML Ditjen Pengendalian Penyakit (PP) dan Penyehatan Lingkungan (PL) Kemenkes RI dr Ari Bratasena, MPH menyebutkan, wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) ini banyak tumbuh dari binatang perlu dilakukan suatu kajian-kajian karena disini (Kotim-Red) perternakan walet itu merambah sangat pesat. Takutnya, khawatirnya, walet-walet ini ditunggangi oleh virus-virus yang menular dari hewan ke manusia.

“Semesti harus diwaspadai, dimonitor oleh Dinas Kesehatan maupun Dinas Peternakan secara koordinir, walet-walet ini punya potensi juga bisa menularkan penyakit,” ujarnya usai kegiatan sosialisasi dan kesiapsiagaan penyakit flu baru H1N1 dilantai IV hotel permata Indah. Kamis (1/7) kemarin.

Apakah sudah ada penelitian kearah walet yang terindikasi bisa membawa penyakit. “Sampai saat ini masih belum, ini hanya pola pikir saja. Pola pikir yang logitik, logika, jangan-jangan. Yang namanya juga binatang, siapa tahu,” ucapnya seraya bercanda.

Walet adalah jenis burung yang penularannya bisa melalui kotoran dan liurnya dan ditakutkan dikonsumsi manusia sehingga menimbulkan penyakit. “Burung walet itu menularkan penyakit bisa melalui kotoran, dan air liur, takutnya nanti dikonsumsi manusia air liurnya yang mahal itu yang sampai ratusan dolar perkilo habislah kita, sudah mahal sakitlah pula,” cetusnya lantas tertawa.

Dia menambahkan, langkah selanjutnya diserahkan kepada Dinas Kesehatan dan Dinas Perternakan untuk melakukan monitor kelapangan. “Kita tidak bisa menyebutkannya. Itu wewenangnya, kita tidak tahu, apakah diobati melalui makanannya karena walet tidak bisa ditangkap satu persatu hanya melalui makanan,” terangnya.

Mengenai bau, tidak bisa diprediksikan apakah bisa menularkan penyakit dan mengandung virus atau tidak dan itu harus melalui uji laboratorium. “Untuk penelitiannya harus cara laboratorium dan tidak bisa hanya melalui prediksi atau pola pikir saja. Sedangkan mengenai Kotim terutama Kota Sampit dan sekitarnya saat ini banyak yang mengembangkan rumah sarang walet. Saya baru dengar sih, saya baru satu hari disini,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan kelas III Sampit dr Faisal Novendra Cahyanto, Mkes mengatakan, merasa perlu mengadakan sosialisasi ini untuk menyatukan dan mempersiapkan koordinasi dari lintas sektor. “Kami tidak hanya mengundang lingkungan kastem imigrasi maupun karantina di Sampit, juga diundang dari Dinas Kabupaten Kobar,” bebernya.

Dia menambahkan, sosialisasi ini juga akan sampai kemasyarakat untuk mengetahui dan memahami benar apa yang dimaksud dengan H1N1 ini. “Siapa tahu suatu saat terjadi wabah, masyarakat bisa mengetahui dan melakukan tindakan dan langkah-langkah yang tepat,” jelasnya.

Sedangkan mengenai tugas, pokok dan pungsi KKP Kelas III Sampit adalah, melakukan penangganan, pengawasan lintas darat, laut dan udara. “Jadi tugas utamanya adalah mencegah dan tangkal agar penyakit-penyakit varian tidak masuk dan menular keluar,” ujarnya.

Dia mengharapkan, koordinasi dengan baik dari instansi vertikal maupun daerah otonom, Agar respon dengan cepat dan dilaksanakan dengan baik. “Apabila adanya suatu penyakit misalnya H1N1 secepatnya lakukan koordinasi untuk ditangani secepatnya,” tutupnya.

Sekadar informasi, walet berbeda dengan burung layang-layang migran sehingga kemungkinan tertular virus AI hampir tidak ada.

Walet ini juga tidak mungkin tertular virus mematikan sebab kaki walet mengalami rudimenter atau pertumbuhannya tidak sempurna. Kedua kakinya tidak bisa hinggap dikandang ayam atau di tanah melainkan hanya untuk bergantung disarangnya. (arfin)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Lebih Dekat TK Negeri Pembina Sampit

Ahli mesin kerjanya cuma tukang sapu stadion

Wow.. seru, anak TK Cita Bunda dikenalkan proses mencetak koran